loading...
Kisi2islami.blogspot.com - Sabar dalam menghadapi segala ujian hidup adalah sesuatu yang dianjurkan dalam islam, kesabaran tersebut harus berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman hidup manusia, sebagaimana yang telah kami sebutkan pada artikel kata mutiara islam. sehingga untuk mengetahui pengalan Ayat dan Hadis tentang kesabaran selalu banyak dicari kaum muslim. Berikut Kisi2islami.blogspot.com akan menyinggung beberapat kutipan Al-Qur’an dan Hadis tentang Kesabaran.
Hadits tentang Kata Mutiara sabar [1]
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّي فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِي وَلَمْ تَعْرِفْهُ فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَتْ بَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ فَقَالَ إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
Artinya :“sesungguhnya sabar itu pada pertempuran yang pertama”. Di riwayatkn oleh : Imam Ahmad, Imam Hadits yang Enam, dari Anas bin Malik.
Sababul wurud : Di riwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dari Tsabit Al Banani, katanya : “Aku telah mendengar Anas bin Malik berkata kepada seorang wanita di antara keluarganya : “apakah engkau kenal si wanita itu?”. Jawabnya : “ya”.kata Tsabit : “sesungguhnya Rasulullh telah lewat di dekatnya dan ia sedang menangis di kuburan. Rasulullah besabda: takutlah engkau kepada Allha dan bersabarlah!”.wanita itu berkata : “ terserahmu ya Rasulullah, sesungguhnya engkau tidak menanggung musibah yang ku derita ini”. Rasulullah neninggalkannya pergi. Tidak lama kemudian datanglah seorang laki-laki menemui wanita tadi, ia bertanya : “apa yang di katakan Rasulullah kepadamu?”. Jawbnya : “aku tidak tahu”. Kata laki-laki itu : “dia adalah Rasulullah”.
Kemudian kata Tsabit : “wanita itu telah datang kerumahnya namun beliau tidak ada. Setelah berjumpa, wanita itu berkata : “Ya Rasulullah aku tidak mengerti apa yang engkau katakan”. Jawab Rasulullah : “Sesungguhnya sabar itu ………………………………..dan seterusnya.
Keterangan Hadis Sabar: Disaat pertempuran yang pertama, jiwa sangat terguncang. Di sana tampak jelas kekuatan iman seseorang dan pasrahnya kepada Allah SWT yang berfirman : “Dan berikan berita gembira kapada orang-orang yang bersabar”.
Baca juga: SABAR (Memahami Hakikat Sabar Dalam Islam)
Pengertian Sabar [2]
Kata “sabar”di ambil dari bahasa arab صبر di tinjau dari segi etimologi, berasal dari kata dasar صبر fi’il madi mujarrad , verba lampau simpel aktif berwazan فعل terdiri atas akar kata dari kata dasar sabara di bentuk masdar nomina tambahan yaitu ص- ب- ر dalam pengertian istilahy term tersebut dimaknai dengan mencegah dalam kesempitan, memelihara diri dari kehendak akal dan sayara’dan dari hal yang menuntut untuk memeliharanya. Bisa diartikan pula dengan menahan diri dari nafsu dari keluh kesah, meninggalkan keluhan atau pengaduan kepada selain Allah.
Ciri ciri Orang Yang Sabar dalam Al-quran dan Hadis
Allah SwT berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS Ali Imran [3] ayat 146)
Seseorang hanya dapat menjadi betul-betul sabar, jika ia memahami makna dan sifat kesabaran. Kesabaran menghilangkan waktu. Jadi, akar kesabaran berada di alam keabadian.
Jika seseorang ingin mengambil buah dari sebatang pohon, namun ia menyadari bahwa buahnya itu belum matang, maka ia akan mengekang nafsunya hingga buah itu masak. Istilah Arab untuk kesabaran adalah shabr, yang berasal dari akar kata yang berarti mengekang atau menahan. Kesabaran menghubungkan waktu pengalaman dengan titik mutlak di luar jangkauan waktu. Kesabaran membuat makna dan relativitas waktu menjadi jelas.
Abu Basir mengatakan, “Aku mendengar dari Imam Shadiq as mengatakan, ‘Seorang yang merdeka adalah orang yang merdeka dalam segala keadaan. Bila dia dalam kesulitan dia sabar, segala bencana tidak membuatnya berubah meskipun dia di penjarakan, dikalahkan, dan dibuat susah. Sebab, penjara dan perbudakan tidak mengurangi kehormatan Yusuf as.
Kegelapan dan ketakutan dalam sumur tidak dapat melenyapkannya sampai Allah menjadikannya rasul-Nya dan mengasihani bangsa itu lantaran dia. Kesabaran dan ketabahan adalah seperti ini. Ia senantiasa menghasilkan kebaikan. Karena itu, bersabar dan tabahlah agar mendapat pahalanya”
Kunci kesabaran adalah pengetahuan yang lebih tinggi; jika pengetahuan dicapai, maka seseorang itu akan menjadi teguh. Ketika menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Musa, Alquran mengungkapkan, “Bagaimana engkau bisa bersabar terhadap sesuatu yang engkau tidak memiliki pengetabuan tentangnya” (Q.S. Al-Kahfi [18] ayat 68).
Kata pengetahuan dalam ayat ini mempunyai maksud sebagai kondisi penciptaan sesungguhnya. Pengetahuan seringkali dirangsang oleh kondisi dan peristiwa eksternal.
Kesabaran tidak semata-mata pasrah total terhadap segala keadaan yang menimpanya; hanya orang bodoh saja yang berbuat seperti ini. Kesabaran harus datang dengan pengetahuan tentang penyebab dari suatu situasi itu, dan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi akibat negatif dari situasi tersebut. Ini akan menghasilkan keadilan dan keseimbangan (mizan).
Baca juga: SABAR (Rahasia Dibalik Kata Sabar)
Hidup dengan kesabaran, dijaga oleh kesabaran, serta mampu merasakan kebahagiaan yang datang dari kesabaran seperti yang diungkapkan di atas, hanya dapat dicapai oleh orang mukmin.
Sabar dan salat menghubungkan seseorang dengan kasih sayang tak berbatas yang membuat kaum mukmin menjadi lebih menyadari bahwa Allah memang bersama orang-orang yang sabar. Ini artinya, kaum mukmin mengikuti firman Allah, waspada benar-benar, serta di saat yang sama, mampu melakukan tindakan yang tepat ketika diperlukan.
Pada kondisi semacam itu, syahadat dan tindakan menyatu tanpa adanya gesekan. Pada kondisi itu, sang hamba telah memuliakan Tuhannya.
Sang hamba mampu menembus waktu hingga ia dapat dekat dengan Dia yang Mendahului Waktu, Dia yang menjaga waktu, Dia yang akan tetap ada setelah waktu dan di luar waktu: Allah Sang Realitas Abadi. 112]
Imam Shadiq berkata, “Setiap Mukmin yang bersabar menanggung penderitaan, mendapatkan pahala seribu syuhada.”
Amirul Mukminin diriwayatkan telah mengatakan, “Seorang Muslim menjadi sempurna melalui tiga kebaikan : berjuang demi iman dan agama, sederhana dalam gaya hidup, dan sabar dalam kesulitan.”
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin, “Hai manusia, bersabarlah menanggung derita. Sesungguhnya, orang yang tidak mempunyai kesabaran, tidak mempunyai agama.”
Kesabaran para nabi dan rasul menghadapi para pembangkangnya adalah bukti dari cinta yang terinspirasi dari Tuhan.
Dalam Risalah Qusyairiyah, sabar dibagi dalam beberapa hal: sabar terhadap apa yang diupayakan, dan sabar terhadap apa yang tanpa diupayakan. Mengenai sabar dengan upaya, terbagi menjadi dua: sabar dalam menjalankan perintah Allah, dan sabar dalam menjauhi larangan-Nya. Adapun mengenai sabar terhadap hal-hal yang tidak melalui upaya dari si hamba, maka kesabarannya terletak dalam menjalani ketentuan Allah yang menimbulkan kesukaran baginya.
Dalam ruang inilah, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menambatkan makna kesabaran. Bagi beliau, sabar, jika menurut tasawuf yang benar, terkait dengan ikhlas. Sehingga orang yang sabar, ya orang yang ikhlas menerima pepesten (kepastian) Tuhan. Intinya disini. Jadi orang yang penerimaan terhadap kepastian Tuhan goyang, maka sabarnya juga goyang. Ini semua berangkat dari kesadaran bahwa kekuasaan berada di tangan Allah, sehingga kesabaran, berarti keikhlasan menerima kuasa-Nya.
Menurut Gus Dur, “Tasawuf dari dulu sampai hari ini, selalu bergulat dalam besaran-besaran antara kekuatan manusia dan kekuatan Tuhan. Nah kekuatan Tuhan itu mutlak. Itulah ukuran segalanya. Jadi kekuatan manusia diukur dari sini. Lha ini yang namanya sabar. Sabar untuk mengikuti aturan Tuhan.
Seperti dijelaskan dalam Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam al-Ghazali.” Lalu bagaimana indikasinya? Indikasinya adalah, ketika manusia tunduk kepada motivasi agama daripada motivasi ego. Tetapi memang sangat sulit menerapkannya dalam kenyataan. Karena apa yang kita katakan sebagai motivasi agama ternyata motivasi ego. Ini yang bikin ruwet.
Permasalahannya, dalam ruang batin kita ada dua sisi yang saling bergulat. Yakni kesadaran bahwa manusia musti sabar terhadap ketentuan dan kekuasaan Allah, dengan potensi kemerdekaan manusia sendiri. Celah ini yang menurut Gus Dur, hendak ditutup oleh tasawuf. Itu yang membuat kalau tidak bisa sabar sekaligus, ya latihan, melalui wiridan, dsb. Sampai pada satu titik, ketika kondisi spiritual (hal) telah permanen, untuk menaungi segenap resiko kesabaran.
Baca juga: SABAR (Makna & Hakikat Sabar)
“Saya sendiri pernah menjadi Ihkwanul Muslimin di Jombang. Berarti ini Islam sebagai alternatif tho. Tapi belakangan saya meyakini bahwa Islam sebagai komplemen. Jadi sabarnya saya, ketika menyadari bahwa Islam itu komplemen (penyempurna). Ini semua lahir dari keyakinan bahwa Tuhan Maha Tinggi.”
Apa kaitannya dengan sabar? Dalam kaitan ini, al-Hujwiri mengatakan, “Allah itu Maha Besar. Ia tidak memerlukan pembuktian akan kebesaran-Nya. Ia Maha Besar karena Ia Ada. Apa yang diperbuat orang atas diri-Nya, sama sekali tidak ada pengaruhnya atas wujud-Nya dan atas kekuasaan-Nya. Bila engkau menganggap Allah ada hanya karena engkau merumuskannya, hakikatnya engkau sudah menjadi kafir,” tutur Gus Dur untuk menjelaskan makna batiniyah dari posisi Islam yang tidak dijadikan sebagai alternatif.
“Artinya, kesabaran bagi seorang mu’min, ternyata ada pada kerendahatian untuk tidak berhasrat “membela Islam”, karena kebesaran Tuhan telah ada (qadim), jauh sebelum dan tanpa usaha (yang ternyata terselipi nafsu) manusia untuk menjadi “tentara Allah” yang mengharamkan tata dunia bentukan kesepakatan hidup. Ternyata, dibutuhkan kesabaran untuk menjadi hamba Tuhan, tanpa klaim sebagai hamba yang “paling bertuhan”.
Salah satu tahapan yang harus dilalui seseorang yng ingin mensucikan jiwanya dan mencapai kualitas yang sempurna serta masuk dalam golongan orang-orang yang mendapat sa’adah hádala sikap sabar sebagaimana di katakan dalam QS.al-Furqan 25:75[3]
اولئك يجزون الغرفة بما صبروا ويلقون فيها تحية و سلما
“Mereka itulah orang-orang yang di balasi dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka di sambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.
Seyogianya, orang-orang yang sabar tahu bahwa hasil yang mereka petik dari kesabarannya itu sangatlah melimpah dan tidak ada batas tertentu. Coba simak firman Allah SWT, berikut ini yang artinya :
“Dan sesungguhnya kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik, dari apa yang mereka kerjakan.” (an-nahl [16]:96)[4]
Dan Allah berfirman :
وبشر الصابرين , الذين اذا اصا بتهم مصيبة قالوا انا لله وانا اليه راجعون.
…….Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu) orang-orang yang apabila di timpa musibah, mereka mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.(QS. Al-baqarah[2]:155-156)[5]
Tingkatan Orang Kata Bijak Sabar dalam Al-quran dan Hadis
Menurut ibn ‘jibah orang sabar jika di klasifikasikan berdasarkan tingkatannya dapat di bagi menjadi tiga :
Sabar tingkatan orang awam. Seseorang dalam posisi ini akan selalu tabah atas segala kesulitan-kesulitan dalam menjalankan keta’atan dan melawan segala bentuk pelanggaran.
Sabar tingkatan orang khusus (khawas). Seseorang yang masuk dalam tingkatan ini akan bisa menahan hati (tabah) ketika menjalankan riyadlh dan mujahadah dengan selalu melakukan muraqabah sehingga dalam hatinya selalu hadir nama Allah.
Sabar dalam tingkatan Khawasul Khawas. Seseorang bisa di katakan masuk dalam maqam ini bila ia bisa menahan ruh dan sirr agar dapat menyaksikan Allah (Musyahadah) dengan mata hatinya.[6]
Faktor Penunjang Terlaksanan Perilaku Kata-kata Sabar: Unsur Ekstern dan Intern
Unsur extern yang di tawarkan pijakan epistimologi yang merupakan fakor penunjang awal proses terlaksananya prilaku sabar ; pertama menyadari akan posisi manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan susah payah. Menumbuhkan tingkat keyakinan dan kesadaran diri bahwa manusia diciptakan di dunia ini memang sudah fitrahnya harus berhadapan vis-a-vis dengan penderitaan, kesusahan dan kesulitan. Kedua, bahwa keburukan atau bahkan kebaikan apapun yang menimpa manusia hádala sebagai ujian dari Allah. Ketiga bahwa prilaku kebaikan berapapun kadarnya serta apapun bentuknya termasuk di dalamnya sabar, haurs mutlak diyakini akan memiliki implikasi positif bagi pelakunya dalam kehidupan ini maupun di akhirat.
Sedangkan factor yang secara langsung praksis-aplikatif menunjang kepada terwujudnya prilaku sabar sebagai ultimate goal-nya hádala adanya anjuran tegas kepada manusia untuk meneladani prilaku sabar yang di perankan para Rasul.[7]
[8]عن ابي سعيد سعد بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنه : ا ن نا سا من الانصار سا لوا رسول الله فاعطاهم ثم سا لوه فاعطاهم ثم سا لوه فاعطاهم حتي نفد ما عنده فقال لهم ما يكون عندي من خير فلن ادخره عنكم ومن يستعفف يعفه الله ومن يستغني يغنه الله ومن يتصبر يصبره الله وما اعطي احد عطاء خيرا و او سع من الصبر.متفق عليه
“dari Abu Said Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudry : “sesungguhnya ada sekelompok orang anshar meminta kepada Rasulullah, maka mereka diberi oleh beliau. Kemudian mereka meminta lagi kepada beliau, maka mereka diberi lagi. Sehingga habislah sesuatu yang ada disisi beliau kemudian beliau bersabda : “jira suatu kebaikan ada padaku, maka aku tidak akan menyembunyikannya dari kalian. Barang siapa yang menghendaki dirinya menjadi orang yang saleh, maka Allah menjadikannya sebagai orang yang saleh. Barangsiapa yang merasa dirinya cukup, maka Allah memberikan kecukupan kepadanya, serta barang siapa yang berusaha bersabar, maka Allah menjadikannya orang yang sabar. Tidaklah seseorang diberi pemberian yang sangat baik dan sangat luas kecuali pemberian sifat sabar”.di sepakati oleh Bukhari dan Muslim.
Allah berfirman :
ياايها الذين ءامنوا اصبروا و صا بروا ال عمران
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.QS.Ali Imran:200”
Allah berfirman :
انما يوفي الصابرن اجرهم بغير حساب الزمار
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang di cukupkan pahala mereka tanpa batas QS. Az Zumar:10[9]
Macam-Macam Kesabaran dalam Al-Qur’an dan Hadis
Sabar terhadap ketaatan-ketaatan yang di perintahkan Allah kepadanya dan Ibadan-ibadah yang di bebankan atasnya, serta kesulitan yang dihadapinya tatkala menegakkan perintah-perintah-NYA
Sabar dari keharaman-keharaman dan kemaksiatan-kemaksiatan yang dilarang Allah kepadanya, dan menyekang syahwat-syahwatnya, memerangi nafsu untuk berkorban,menundukkan dan mengekang keinginan yang menjatuhkan diri pada lumpur kerendahan.
Sabar atas musibah yang menyakitkan, bencana-bencan yang besar, dan terhadap bala’atau ujian dengan sebab apapun, serta dengan model dan warna yang bagaimanapun.[10]
Tidak di ragukan lagi bahwa ta’at kepada Allah ta’ala dan menjalankan perintah-perintah-NYA, menuntut kesabaran. Begitu pula halnya dengan keimanan, jika iman kita berkurang, maka perlu dengan sabar, kita bisa meningkatkannya kembali.[11]
Kiat-Kiat Untuk meningkatkan Kesabaran dalam Al-quran dan Hadis
Tingkat kesabaran seseorang dalam menghadapi hal-hal yang menyinggung perasaan berbeda-beda. Ada yang tersinggung sedikit saja meluap, dan ada pula yang sekalipun menghadapi berbagai kesukaran ia tetap sabar berkat pikiran yang mantap dan kehalusan serta kebaikan perangainya.[12]
ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang harus diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif pada amal. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan melaksanakan ibadah. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat guna meningkatkan kesabaran. Di antaranya:
- Mengikhlaskan niat kepada Allah swt.
- Memperbanyak tilawah (membaca) Al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan.
- Memperbanyak puasa sunnah. Puasa merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
- Mujahadatun nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat untuk mengalahkan nafsu yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, dan kikir.
- Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.
- Perlu mengadakan latihan-latihan sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi, misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah.
- Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya.
Baca juga: SABAR & SHALAT (Obat Hadapi Masalah)
Urgensi Kesabaran dalam Islam Tinjauan Al-Quran dan Hadis
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan. Sabar memiliki kaitan erat dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menggambarkan ciri dan keutamaan orang beriman sebagai
Sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’. Pesona berpangkal dari adanya positif thinking seorang mukmin. Ketika mendapatkan kebaikan, ia refleksikan dalam bentuk syukur terhadap Allah swt. Karena ia paham, hal tersebut merupakan anugerah Allah.
Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya. Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, ia akan bersabar.
Karena ia yakin, hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang ada rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah swt.[13]
Kit tahu bahwa sabar merupakan prinsip dasar , unsur yang sangat penting dan bekal yang harus di miliki oleh setiap orang muslim dalam menempuh perjalanan hidupnya di dunia ini agar dapat keluar darinya dengan selamat dan beruntung.[14]
Intisari dari Kata-kata Sabar dalam Al-Quran dan Hadis
Pengertian Sabar secara istilahy dimaknai dengan mencegah dalam kesempitan, memelihara diri dari kehendak akal dan sayara’dan dari hal yang menuntut untuk memeliharanya. Bisa diartikan pula dengan menahan diri dari nafsu dari keluh kesah, meninggalkan keluhan atau pengaduan kepada selain Allah.
Kunci kesabaran adalah pengetahuan yang lebih tinggi; jika pengetahuan dicapai, maka seseorang itu akan menjadi teguh. Ketika menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Musa, Alquran mengungkapkan, “Bagaimana engkau bisa bersabar terhadap sesuatu yang engkau tidak memiliki pengetabuan tentangnya” (Q.S. Al-Kahfi [18] ayat 68).
Tingkatan orang yang sabar menurut ibn ‘jibah ada tiga yaitu : sabar tingkatan orang awam, sabar tingkatan orang khusus (khawas), sabar dalam tingkatan Khawasul Khawas.
Macam-macam sabar yaitu : Sabar terhadap ketaatan-ketaatan yang di perintahkan Allah kepadanya dan Ibadan-ibadah yang di bebankan atasnya, serta kesulitan yang dihadapinya tatkala menegakkan perintah-perintah-NYA, sabar dari keharaman-keharaman dan kemaksiatan-kemaksiatan yang dilarang Allah kepadanya, dan menyekang syahwat-syahwatnya, memerangi nafsu untuk berkorban,menundukkan dan mengekang keinginan yang menjatuhkan diri pada lumpur kerendahan, sabar atas musibah yang menyakitkan, bencana-bencan yang besar, dan terhadap bala’atau ujian dengan sebab apapun, serta dengan model dan warna yang bagaimanapun.
Kiat-kiat untuk meningktkan kesabaran yaitu : Mengikhlaskan niat kepada Allah swt, memperbanyak tilawah (membaca) Al-Qur’an, memperbanyak puasa sunnah, mujahadatun nafs, mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia, perlu mengadakan latihan-latihan sabar secara pribadi, membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat.
Urgensi kesabaran: Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan. Sabar memiliki kaitan erat dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.dan juga kesabaran itu untuk mempertebal iman.
Catatan kaki
- Ibnu Hamzah Al Husain Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud, Jakarta : Kalam Mulia hlm. 455-456
- M .Fajlur Munawir, konsep sabar dalam al-quran,yogyakarta : TH presshlm.21
- M .Fajlur Munawir, konsep sabar dalam al-quran,yogyakarta : TH presshlm. 4
- Dr. Falih bin Muhammad ash-shughair, menjadikan puasa lebih bermakna, Jakarta selatan : Senayan Abadi Publising, 2006 hlm.176
- Jejen Musfah, M.A., Indeks Al-Quran Praktis, Yakarta selatan : Hikmah (PT Mizan Publika), 2007 hlm. 445
- Dr.H. Abdullah Mustaqim, M.A., Akhlaq Tasawuf Jalan Menuju Revolusi Spiritual, yogyakarta : Kreasi Wacana,2007 hlm. 80
- M .Fajlur Munawir, konsep sabar dalam al-quran,yogyakarta : TH press. 2005hlm.69-70
- Dr. Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias Dengan 40 Akhlaqul Karimah. (malang : Cahaya Tauhid Perss. 2003) hlm. 98-99
- Dr. Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias Dengan 40 Akhlaqul Karimah. (malang : Cahaya Tauhid Perss. 2003) hlm. 99-100
- Dr. Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias Dengan 40 Akhlaqul Karimah. (malang : Cahaya Tauhid Perss. 2003) hlm. 101
- Dr. Falih bin Muhammad ash-shughair, menjadikan puasa lebih bermakna, Jakarta selatan : Senayan Abadi Publising, 2006 hlm. 174
- Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim,Bandung : PT Alma’arif, 1995 hlm. 201
- Dr. Falih bin Muhammad ash-shughair, menjadikan puasa lebih bermakna, Jakarta selatan : Senayan Abadi Publising, 2006 hlm. 174
- Dr. Falih bin Muhammad ash-shughair, menjadikan puasa lebih bermakna, Jakarta selatan : Senayan Abadi Publising, 2006 hlm. 174-175
loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar